Sepasang suami istri yang sedang mencari nafkah dengan cara meminta-minta mengelilingi kawasan tebet jakarta selatan.
Sepasang suami istri tak sengaja saya jepret, karena saat saya duduk sambil menunggu teman sedang antri potong rambut, sesaat mataku mengarah pada dua sejoli itu. Dari kejauhan saya liat habis berhenti dan menengadah tangannya pada salah seorang pemilik warteg di daerah tersebut. Namun pemilik warteh nya tidak memberikan selembar uang.
Saya khusnudzhon saja, mungkin pemilik wartegnya lagi nggak pegang uang (uangnya ada tuh di ATM) hehehe. dan yang sudah jadi bahan perbincangan beberapa waktu silam tentang pengemis dengan penghasilan yang menggiurkan, karyawan kantor pun masih terpau jauh dengan penghasilan pengemis.
Dari situ lah, orang beranggapan mulai enggak tuk memberinya, dan harus memilah-memilih mana yang bener-bener pengemis. Tapi terus ternang sedikit bingung kalau membedakan keduannya.
yang patu kita tiru hanya semangat dari pasutri tersebut, mereka tidak malu untuk melakukannya. Lalu kenapa kita harus malu jika apa yang kita kerjakan jelas sudah dalam segi positive. Jangan mau kalah dengan mereka yang mondar-mandir menengadah tangannya.
Berkali-kali pikiranku bertanya pasutri itu apa tidak punya anak cucu, sehingga harus rela keliling kota jakarta untuk dapat menyambung hidup mereka.
Mungkinkah ini akibat dari kurangnya didikan orang tua pada anaknya ? Wallahu'alam ...
Semoga Allah Merahmati kita semua ,,,, Aamiin ,,