Pemilihan Presiden tinggal menghitung hari, setelah itu kita akan mempunya pemimpin yang baru. Satu hal yang sampai sekarang saya belum tahu kenapa pemerintah menentukan tanggal pemilihannya tepat pada bulan Ramadlan. Tentu ini menimbulkan banyak pertanyaan dan dugaan dalam benak saya.
Di satu sisi, pada tanggal tersebut kebanyakan perantau berpikir dua kali untuk pulang ke daerahnya masing-masing untuk menggunakan hak suaranya, sedangkan tinggal beberapa hari pula pasti akan ada libur lebaran, yang mengaruskan kebanyakan perantau pulang ke kampung halaman, dan satu-satu nya agar tetap bisa menggunakan hak suaranya yang dengan mendaftarkannya di kepala dusun terdekat. Apakah dengan kondisi seperti akan mengurangi angka golput?
Tentu kita sudah tahu perhelatan antar masing-masing kubu, yang semakin mendekat harinya semakin panas dan licin pertarungan untuk mendapatkan kursi RI. Masing-masing kubu saling mencela dan saling mejatuhkan.
Tapi yang saya tidak habis pikir, kok bisa sampai muncul banyak paradighma yang sangat tidak etis keluar dari masing-masing kubu, terlebih mereka para pendukungnya, yang hanya bisa menjelek-jelekan satu sama lain. Itu kan hal-hal konyol menurut saya.
Bukankah kita semua punya hak untuk menentukan pilihan. So, siapapun orangnya boleh untuk memilih. Jangan kita mengasumsikan hal-hal negatifnya masing-masing capres. Dari pandangan saya selama ini, masing-masing capres dan cawapres punya kekurangan dan kelebihan.
Sekarang kampanye bilang banyak macam hal, tinggal kita tentukan saja pilihannya nomor satu atau dua yang menurut anda layak. So, saling menjatuhkan, saling memojokan, saling mencaci, saling menghujam itu tidak akan ada gunanya, apalagi pemilihan tepat pada bulan puasa. Tentu kita tidak mau bukan puasa hanya menahan lapar dan haus, tapi tidak mendapatkan kiriman pahala dari Allah.
Boleh kita memilih siapapun untuk presiden kedepannya, tapi ingat kita TETAP SATU.
Happy Blogging...